Pengertian Green Building
Pengertian Green Building
dalam konteks arsitektur bangunan tidak terlepas dengan pengertian arsitektur
bioklimatik, arsitektur ramah lingkungan maupun arsitektur hemat energi. Karena
untuk menuju kualifikasi bangunan hijau, suatu produk konstruksi bangunan
gedung tentu saja perlu bersifat ramah lingkungan dan hemat energi, dimana
pendekatan bioklimatik bisa dipakai sebagai dasar konsep desain. Arsitektur
bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimana
struktur, ruang, dan kosntruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya kondisi
nyaman bagi penghuninya.Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan energi
tak terbarukan adalah seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan
pemanfaatan energi dari alam sekitar bangunan tersebut. (ENEA , IN-ARCH,
1989)
Dengan demikian, maka pendekatan bioklimatik pada
desain arsitektur pada hakekatnya bertitik tolak dari dua hal fundamental
untuk menentukan strategi desain yang responsif terhadap lingkungan global
yaitu kondisi kenyamanan manusia dan penggunaan energi secara pasif (J
Priatman,1997)
Secara umum definisi bangunan hijau menurut Office
of the Federal Environmental Executive (AS), adalah bangunan
yang meningkatkan efisiensi bangunan dan lahannya terhadap penggunaan
energi, air, dan bahan, dan mengurangi dampak negative terhadap kesehatan,
lingkungan melalui penataan tapak, desain, konstruksi, operasional,
pemeliharaan serta akibat produk limbahnya.
Sepadan dengan pengertian menurut GBCI (Green
Building Council Indonesia, 2010), bahwa bangunan hijau (green
building) adalah bangunan baru yang direncanakan dan dilaksanakan
atau bangunan sudah terbangun yang dioperasikan dengan memperhatikan
faktor-faktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja: bijak guna
lahan, hemat air, hemat energi, hemat bahan kurangi
limbah, kualitas udara dalam ruangan.
Adapun pengertian menurut India Green Building
Council, bahwa bangunan hijau harus hemat air, efisiensi energi, mengkonservasi
sumber daya alam, mengurangi limbah, memberikan ruangan lebih sehat
dibandingkan dengan bangunan konvensional. Namun secara lebih teknis, bahwa
suatu bangun arsitektur dikatakan tergolong dalam klasifikasi arsitektur
atau bangunan hijau secara “terukur” apabila memiliki kapasitas atau
kinerja “terukur” yakni untuk meminimalkan produksi ekuivalen CO2, baik
ditinjau dari segi desain, saat pelaksanaan konstruksi maupun saat beroperasi.
Pada saat beroperasinya bangunan, indikator konsumsi energi listrik dalam
satuan kWh dikonversikan kedalam produk kg CO2, sehingga semakin hemat
energi listrik maka semakin baik kontribusinya untuk turut meredam
peningkatan pemanasan global, dan menyumbangkan suatu nilai tertentu
dalam proses kuantifikasi suatu bangunan agar termasuk dalam kualifikasi
“bangunan hijau” dengan rating atau star tertentu.
Di Negara-negara yang telah
menerapkan Green Building ada 6 kriteria yang diukur, yakni :
• Pengolahan
lahan sekitar,
• Penggunaan
air,
• Penggunaan
energi, material dan dari mana sumber material itu,
• Kualitas di
dalam ruangan, dan inovasi.
Masing-masing kriteria ini
dibagi-bagi lagi menjadi beberapa poin. Tiap poinnya diberi nilai yang berbeda.
Jika satu gedung mampu mengumpulkan nilai sejumlah tertentu, barulah ia bisa
diberikan sertifikat green building.
Dalam Wikipedia, green building dapat
disebut juga green construction atau sustainable building. mengacu pada
struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
sumber daya yang efisien sepanjang siklus hidup bangunan: dari tapak untuk
desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan pembongkaran. Di
bidang arsitektur dan teknik sipil, konstruksi (construction) adalah suatu
proses yang terdiri dari membangun atau perakitan infrastruktur.
Ciri Bangunan Green
Building
Green building dapat dicirikan sebagai bangunan yang :
• Menggunakan
energi yang seminimal mungkin.
• Memanfaatkan
ruang alam
• Menggunakan
energi yang dapat diperbaharui
• Menggunakan
bahan yang bersifat ramah lingkungan
• Menggunakan
bahan atau material yang bersifat reuse, reduce, dan recycle.
• Sistem gedung
yang menghasilkan limbah yang dalam batas toleransi berdasarkan aspek
lingkungan hidup.
Bangunan hijau didesain untuk
mereduksi dampak lingkungan terbangun pada kesehatan manusia dan alam, melalui
:
- Efesiensi dalam penggunaan energi, air dan sumber daya lain
- Perlindungan kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas pekerja
- Mereduksi limbah / buangan padat, cair dan gas
- Mengurangi polusi / pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan lingkungan
Konsep Green Building
Arti yang sebenarnya green building tersebut yaitu
sebuah konsep tentang merencanakan suatu bangunan yang ramah terhadap
lingkungan.
Konsep serupa adalah natural building, yang biasanya
pada skala yang lebih kecil dan cenderung untuk berfokus pada penggunaan
material-material yang digunakan yaitu material-material yang tersedia secara
lokal. Konsep ini ada untuk dapat memenuhi kebutuhan generasi-generasi
berikutnya mulai dari sekarang.
Konsep green building ini berupa pemaksimalan fungsi
bangunan dalam beberapa aspek, yaitu:
Dalam melakukan suatu perencanaan bangunan seharusnya
melakukan kajian AMDAL apakah dalam pengadaan bangunan tersebut dapat
mempengaruhi lingkungan sekitar baik itu segi sosial, ekonomi ataupun alam
sekitar. Karena jika itu memberikan pengaruh yang cukup besar maka bangunan
tersebut sudah menyalahi konsep dasar dari green building.
Dasar
dalam setiap proyek konstruksi bermula pada tahap konsep dan desain. dalam
Tahap konsep, pada kenyataannya ini merupakan salah satu langkah utama
dalam proyek yang memiliki dampak terbesar pada biaya dan kinerja proyek.
Tujuan utama adalah merencanakan bangungan yang memiliki konsep green building
adalah untuk meminimalkan dampak yang akan disebabkan dalam bangunan tersebut
baik itu selama pelaksanaan dan selama penggunaan. Perencanaan bangunan gedung
yang tidak efisien dalam struktur juga memberikan efek buruk terhadap
lingkungan, yaitu pemakaian bahan bangunan yang sangat banyak sehingga terjadi
pemborosan.
3. Efisiensi Energi
Green Building sering mencakup langkah-langkah untuk
mengurangi konsumsi energi – baik energi yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari, seperti kondisi bangunan yang segi mudahnya angin dan sinar
matahari yang mudah masuk kedalam bangunan.. Selain itu selain segi
operasional, segi pelaksanaan juga harus diperhatikan. Studi LCI US Database
Proyek bangunan yang menunjukkan dibangun dengan kayu akan menghasilkan energi
pempuangan yang lebih rendah daripada bangunan gedung yang bahan bangunannya
menggunakan dengan batu bata, beton atau baja.
Untuk
mengurangi penggunaan energi operasi, penggunaan jendela yang se-efisiensi
mungkin dan insulasi pada dinding, plafon atau tempat masuknya aliran udara ke
dalam bangunan gedung. Strategi lain, desain bangunan surya pasif, sering
dilaksanakan di rumah-rumah rendah energi. Penempatan jendela yang efektif
(pencahayaan) dapat memberikan cahaya lebih alami dan mengurangi kebutuhan penerangan
listrik di siang hari.
4. Efisiensi
Air
Konsep
green building juga memperhatikan mengenai penggunaan air. Sekarang, banyak
konsep desain rumah yang mengabaikan tentang penggunaan air. Mostly,
rumah-rumah mengandalkan penggunaan air tanah yang berasal dari sumur dangkal
ataupun dalam tanpa memberikan maasukan tambahan air kepada tanah yang
berakibat turunnya permukaan air tanah dan turunnya permukaan tanah permukaan.
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuat penyimpanan atau memberikan asupan
air kepada tanah di lingkungan yang ada disekitarnya. Solusinya yaitu dengan
membuat tandon air penadah hujan di bawah tanah atau membuat sumur resapan
penadah air hujan. Sistem penadah hujan yang mana ketika air turun di atas
bangunan gedung yang kemudian direkayasa sedemikian rupa sehingga direncanakan
air akan berkumpul pada satu tempat dan dialirkan menuju sumur resapan untuk
menghindari terjadinya penurunan permukaan air tanah.
5. Efisiensi Material
Berbicara
mengenai bangunan maka akan menjurus kepada penggunaan material yang ada. Hal
ini ada hubungannya dengan efisiensi dari desain struktur. Selain struktur,
segi arsitektural juga diperhatikan seperti penggunaan dinding yang terlalu
tebal, penggunaan material yang berat yang memberikan efek pada kekuatan
struktur yang lebih dll. Sehingga semakin banyak material yang digunakan maka
akan memberikan efek kepada pengeluaran dana, impact terhadap lingkungan,
pengeluaran energi dalam konstruksi, dll.
Penerapan Aspek Green Building
Penerapan aspek Green
Building dari segi design bangunan yaitu :
- Bentuk dan Orientasi Bagunan
Gedung Menteri Kementerian
Pekerjaan Umum memiliki bentuk massa bangunan yang tipis, baik secara vertikal
maupun horizontal. Sisi tipis di puncak gedung didesain agar mampu menjadi
shading bagi sisi bangunan dibawahnya sehingga dapat membuat bagian tersebut
menjadi lebih sejuk. Pada desain gedung ini memiliki area opening yang lebih
banyak di sisi timur. hal ini dikarenakan cahaya pada sore hari (matahari
barat) lebih bersifat panas dan menyilaukan.
- Shading & Reflektor
Shading light shelf
bermanfaat mengurangi panas yang masuk ke dalam gedung namun tetap memasukan
cahaya dengan efisien. Dengan light shelf, cahaya yang masuk kedalam bangunan
dipantulkan ke ceilin. Panjang shading pada sisi luar light shelf ditentukan
sehingga sinar matahari tidak menyilaukan aktifitas manusia di dalamnya. Cahaya
yang masuk dan dipantulkan ke ceiling tidak akan menyilaukan namun tetap mampu
memberikan cahaya yang cukup.
- Sistem Penerangan
Sistem penerangan dalam
bangunan menggunakan intelegent lighting system yang dikendalikan oleh main
control panel sehingga nyala lampu dimatikan secara otomatis oleh motion sensor
& lux sensor. Dengan begitu, penghematan energy dari penerangan ruang akan
mudah dilakukan.
- Water Recycling System
Water Recycling System
berfungsi untuk mengolah air kotor dan air bekas sehingga dapat digunakan
kembali untuk keperluan flushing toilet ataupun sistem penyiraman tanaman.
Dengan sistem ini, penggunaan air bersih dapat dihemat dan menjadi salah satu
aspek penting untuk menunjang konsep green building.
Material Yang Digunakan Green Building
Penggunaan material bangunan yang sesuai dengan
penerapan bangunan hijau (green building)
memiliki peranan untuk menekan pemanasan global. Infrastruktur bangunan dengan
kesesuaian bahan material menjadi elemen penting dalam membentuk konsep green building.
Setiap
rancangan infrastruktur dengan bahan materialnya memiliki pengaruh terhadap
koefisien lingkungan.Penggunaan bahan material yang sesuai akan menciptakan
bangunan yang efisien dalam memanfaatkan sumber energi,seperti air,cahaya,dan
listrik. Perkembangan desain struktur rumah dan gedung yang cepat juga turut
memengaruhi perkembangan penggunaan bahan material.
Lima kriteria yang mesti dicermati di sebuah green building, berlaku untuk
semua jenis bangunan :
1. Sustainable site.
Di sini, pengadaan lahan untuk sebuah
kompleks hunian tak boleh menciderai lingkungan. Lokasi tersebut tak boleh
meraibkan sebuah sawah ataupun ladang yang menjadi tempat parkir air.
Bagaimanapun, lokasi tersebut sebaiknya sudah punya jalan akses dan sarana
transportasi memadai. Itu agar ekologi tak terciderai proses pembuatan jalan.
Lantas, proses pembukaan lahan tersebut perlu diperhatikan. Kalau dengan cara
membabat habis lahan lantas menanam pohon baru, berarti kriteria pertama ini
kurang diperhatikan. Efisiensi lahan juga perlu diperhatikan. Rumah berpenghuni
empat orang sudah tentu tak perlu seluas 1.000 m2.
2. Water efficient.
Lebih baik sebuah rumah didesain hemat energi
sedari awal. Contoh: menggunakan air hujan ataupun air hujan yang diolah
kembali, serta menggunakan kloset irit air.
3. Indoor
environmental quality.
Sebuah hunian lebih baik tak menggunakan
bahan-bahan bangunan yang menimbulkan polusi, antara lain cat yang
menimbulkan polusi udara atau karpet yang proses pembuatannya menggunakan gas
beracun.
4. Energy and
atmosphere.
Di sini, sebuah hunian mesti dirancang hemat
energi, antara lain dirancang agar tak banyak menggunakan pendingin udara.
Terkait itu, di iklim subtropis seperti Indonesia, ventilasi yang
lebar-banyak bisa dimanfaatkan untuk menurunkan suhu ruangan.
5. Material
resource.
Satu ciri green
building adalah menggunakan material bangunan ramah lingkungan. Itu antara
lain sedapat mungkin mengurangi bahan impor. Sebab, bahan impor otomatis
melahap banyak energi dalam pengiriman. Pun, satu hunian lebih baik tak
menggunakan material yang perlu waktu lama untuk dibarui seperti kayu jati;
sedapat mungkin, material daur ulang digunakan.
Konsep reduce-reuse-recycle adalah cara efektif
dalam mengaplikasikan gaya hidup ramah lingkungan. Dengan menerapkan ketiganya
secara konsisten di seluruh elemen bangunan, terciptalah produk arsitektur
hijau yang diidamkan.
-
- Reduce
Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan
yang memiliki dampak terhadap lingkungan. Salah satunya kayu, yang semakin
menipis persediaannya akibat penebangan liar. Untuk itu desain rumah ini dibuat
dengjan material yang mudah didapat dan diperbarui.
Reduce juga berarti hemat energi. Desain rumah
ini memiliki banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami
agar tidak perlu menggunakan lampu dan pendingin udara pada siang hari.
-
- Reuse
Arsitek memanfaatkan kembali material kontainer
sebagai dinding. Penggunaan kontainer dianggap lebih efisien, efektif secara
ruang, dan lebih ringan. Ruangan-ruangannya dapat didesain fleksibel. Pengguna
ruang juga dapat menggeser dinding kontainer untuk mendapatkan atau menambah
fungsi ruang baru tanpa mengurangi sirkulasi udara dan pencahayaan langsung ke
ruangan.
-
- Recycle
Rumah ini menggunakan bahan-bahan yang dapat
didaur ulang, seperti semen, batu bata, aluminium, kaca, dan keramik. Hal ini
dilakukan sebagai bentuk optimalisasi terhadap penggunaan bahan baku alternatif
dan mengurangi pemakaian sumber daya alam yang sulit diperbarui.
-
- Renewable sources
Dimana segalanya diperoleh dari alam, yang telah
dikelola dan dipanen secara berkelanjutan atau diperoleh secara local untuk
mengurangi biaya transportasi, serta diselamatkan dari bahan reklamasi di
lokasi terdekat.
Manfaat Green Building
Manfaat
yang diperoleh dari green building :
A. Manfaat lingkungan
• Meningkatkan dan melindungi keragaman
ekosistem
• Memperbaiki kualitas udara
• Memperbaiki kualitas air
• Mereduksi limbah
• Konservasi sumber daya alam
B. Manfaat Ekonomi
• Mereduksi biaya operasional
• Menciptakan dan memperluas pasar bagi
produk dan jasa hijau
• Meningkatkan produktivitas penghuni
• Mengoptimalkan kinerja daur hidup
ekonomi
C. Manfaat Sosial
• Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan
penghuni
• Meningkatkan kualitas estetika
• Mereduksi masalah dengan infrastruktur
lokal
• Meningkatkan kualitas hidup
keseluruhan
Contoh Green Building
Permintaan
untuk mengadopsi sumber energi hijau dalam kehidupan sehari-hari telah
mendorong banyak arsitek untuk merancang gedung pencakar langit yang dapat
menggunakan sumber energi yang dapat diperbarui. Atap bangunan ini menggunakan
sinar matahari dan sumber energi hijau lainnya. Berikut adalah daftar gedung
dengan konsep berkelanjutan yang dirancang untuk memiliki atap hijau:
1. Cactus
Building di Qatar
Estetika arsitek GO Group telah merancang struktur
kaktus-terinspirasi energi-efisien untuk pemerintah Qatar. Bangunan ini
beberapa fitur cerdas nuansa yang membuka dan menutup sesuai dengan kekuatan
matahari. Bangunan hijau memiliki kubah botani juga.
2. Waldspirale di Jerman
Waldspirale merupakan sebuah apartemen di Darmstadt, Jerman, dibangun tahun
1990-an. Namanya berarti spiral berpohon, merefleksikan plan dari bangunan itu
dan juga memiliki taman di atas atapnya. Arsiteknya Heinz M. Springmann,
bangunan ini selesai dibangun tahun 2000
3. Roof Garden on Fifth
Ave di New York
Ini taman di sebuah bangunan di Fifth Ave, New
York City. Konon pada adegan film spiderman bersama kekasihnya diambil di
lokasi ini.
4. City Hall building di Chicago
Untuk menghemat energi dan uang untuk biaya pendingin ruangan saat musim
panas, sebuat taman hijau dicptakan di atas bangunan City Hall Chicago tahun
2000. Saat ini ribuan jenis tenaman tumbuh di sini dengan lebih dari 150
species tanaman dan sanggup menghemat tagihan utilitas hingga $5000 dollar
per-tahunnya.
Sumber: