Arjuna adalah nama seorang tokoh
protagonis dalam cerita Mahabharata. Dalam bahasa Sanskerta, secara harfiah
kata Arjuna berarti “bersinar terang”, “putih” , “bersih”. Dilihat dari
maknanya, kata Arjuna bisa berarti “jujur di dalam wajah dan pikiran”. Ia
dikenal sebagai anggota Pandawa yang berparas menawan dan berhati lemah lembut.
Dalam Mahabharata diriwayatkan bahwa ia merupakan putra Prabu Pandu, raja di
Hastinapura dengan Kunti atau Perta, putri Prabu Surasena, raja Wangsa Yadawa
di Mathura. Arjuna dididik bersama dengan saudara-saudaranya yang lain (para
Pandawa dan Korawa) oleh Drona. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak
senjak kecil. Pada usia muda ia mendapat gelar Maharathi atau “kesatria
terkemuka”.
Di Nusantara, tokoh Arjuna juga
dikenal dan sudah terkenal dari dahulu kala. Arjuna terutama menjadi populer di
daerah Jawa, Bali, Madura, dan Lombok. Arjuna merupakan seorang tokoh ternama
dalam dunia pewayangan dalam budaya Jawa Baru. Beberapa ciri khas Arjuna versi
pewayangan mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab Mahābhārata
versi India dengan bahasa Sanskerta. Dalam dunia pewayangan, Arjuna digambarkan
sebagai seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa, dan berguru. Selain
menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi
Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa
Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa
untuk membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka.
Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra,
bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para
dewa, antara lain: Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara
Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada). Setelah perang Bharatayuddha,
Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.
Arjuna memiliki sifat cerdik dan
pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah.
Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Ia adalah petarung
tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan
sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan
segudang istri dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat,
seorang kesatria dengan kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian
mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua
Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudistira,
dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau
orang Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang
selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga
para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka.
Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda dengan
Wrekudara. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai
oleh orang Jawa berbagai generasi.
Dalam Mahabharata versi pewayangan
Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan
atas jasanya ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak
pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknyaDewi Subadra, berputra Raden Abimanyu
Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra
Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras
Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan
Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka
Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni
Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga
Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati
Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma
Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa
Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada
Dewi Maheswara
Dewi Retno Kasimpar
Dewi Dyah Sarimaya
Dewi Srikandi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar