Rabu, 07 Juni 2017

Konservasi Arsitektur

BAB IV
USULAN PENANGANAN PELESTARIAN


4.1. Pengertian Preservasi
Preservasi adalah tindakan atau proses penerapan langkah-langkah dalam mendukung keberadaan bentuk asli, keutuhan material bangunan/struktur, serta bentuk tanaman yang ada dalam tapak. Tindakan ini dapat disertai dengan menambahkan penguat-penguat pada struktur, disamping pemeliharaan material bangunan bersejarah tersebut.
  • Upaya melindungi benda cagar budaya secara tidak langsung (pemagaran, pencagaran) dari faktor lingkungan yang merusak.
  • Mempunyai arti yang mirip dengan konservasi; perbedaannya ialah :
a.       Secara teknis : preservasi lebih menekankan pada segi pemeliharaan secara sederhana, tanpa memberikan perlakuan secara khusus terhadap benda.
b.      Secara strategis/makro : preservasi mempunyai arti yang mirip dengan pelestarian, yang meliputi pekerjaan teknis dan administratif (pembinaan, perlindungan)

4.2 Usulan Penanganan
Dari hasil survey yang telah dilakukan di Kebun Raya Bogor, didapatkan hasil beberapa titik-titik pada Kebun Raya Bogor yang harus ditangani kelestariannya, terutama pada masalah kebersihan dan tatanan ruang terbuka hijau.

·         Masih adanya beberapa titik pada kebun raya tidak didatangi oleh pengunjung

Hal itu bisa terjadi karena tidak adanya beberapa hal-hal yang menarik perhatian pengunjung yang datang.

Gambar 4.1 Hasil Survey 1

Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan menambahkan beberapa-beberapa kegiatan yang bisa dilakukan disana, misalkan terdapat tempat untuk pengunjung jajan dengan nyaman, berbincang dengan nyaman, dan lain sebagainya yang bisa menarik pengunjung.

·         Masih adanya beberapa tanaman yang tidak dirawat
Sepeti yang diketahui Kebun Raya Bogor adalah salah satu cagar alam yang cukup menarik perhatian masyarakat. Oleh sebab itu, perawatan tanaman juga harus dilakukan secara maksimal. Tetapi masih saja ada tanaman ataupun pohon yang tidak terawat di Kebun Raya Bogor.

Gambar 4.2 Hasil Survey 2

Upaya yang harus dilakukan adalah dengan merawat tanaman tersebut, dengan memperhatikan tanaman yang sudah mati, tanaman-tanaman yang tumbuh memanjang yang membuat menutupi pandangan pengunjung agar segera dipangkas supaya pengunjung bisa melihat pemandangan dengan nyaman tanpa terhalangi.

  • Masih adanya sampah-sampah pada beberapa titik di Kebun Raya Bogor
Sampah-sampah yang dimaksud tidak hanya berupa sampah yang dibawa oleh pengunjung, tetapi juga dari tanaman-tanaman atau pohon-pohon yang daunnya telah mati dan berguguran.

Gambar 4.3 Hasil Survey 3

Gambar 4.4 Hasil Survey 4

Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan lebih memperhatikan sampah-sampah daun-daun yang berjatuhan agar segera dibersihkan dan diperlakukan sebagaimana mestinya.

Secara garis besar, Kebun Raya Bogor saat ini sudah jauh lebih baik pengelolaanya dibanding dahulu, baik dari segi fungsional maupun penataan kawasan tersebut.

Rabu, 03 Mei 2017

Konservasi Arsitektur

BAB III
GAMBARAN KAWASAN


3.1 Kebun Raya Bogor Sebagai Ruang Terbuka Hijau Di Kota Bogor

Pentingnya pengadaan RTH telah dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi II di Johannesburg, Afrika Selatan pada tahun 2002. Konferensi ini menetapkan bahwa kota-kota harus menyediakan RTH minimal 30% dari luas kota (Brahmantyo & Kustiwan, 2014). Hasil ini telah menjadi acuan bagi Undang-undang No. 26 Tahun 2007 di Indonesia tentang Penataan Ruang yang memberi landasan untuk pengaturan ruang terbuka hijau untuk mewujudkan ruang kawasan kota yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Pasal 29 ayat 2 undang-undang ini menjelaskan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota, sedangkan pasal 29 ayat 3 menyebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 ini telah dijabarkan dalam Peraturan Menteri, yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 menyebutkan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) sebagai bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika.

Fungsi RTHKP adalah:
  1. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;
  2. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara;
  3. Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati;
  4.  Pengendali tata air;
  5. Sarana estetika kota.

Manfaat RTHKP adalah:
  1. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah;
  2. Sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan;
  3. Sarana rekreasi aktif dan pasif, serta interaksi sosial;
  4. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan;
  5.  Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah;
  6.  Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak,remaja, dewasa, dan manula;
  7.  Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat;
  8.  Memperbaiki iklim mikro;
  9. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.


Jenis RTHKP ini meliputi: taman kota; taman wisata alam; taman rekreasi; taman lingkungan perumahan dan permukiman; taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial; taman hutan raya; hutan kota; hutan lindung; bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah; cagar alam; kebun raya; kebun binatang; pemakaman umum; lapangan olah raga; lapangan upacara; parkir terbuka; lahan pertanian perkotaan; jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET); sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa; jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian; kawasan dan jalur hijau; daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan taman atap (roof garden).

Gambar 3.1 Peta Kebun Raya Bogor
(Sumber : google.com)


3.2 Karakter Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor dirancang berdasarkan Taman Inggris yang menampilkan lingkungan yang alami dengan penataan organik dan penggunaan garis curvilinear yang berfungsi sebagai jalan dan jalan setapak. Selain menyimpan makna sejarah, Kebun Raya Bogor juga menyimpan koleksi tanaman langka yang sulit ditemukan, bahkan di tempat asalnya. Lingkungan alami dan kekayaan botani yang ada didalamnya menyebabkan Kebun Raya Bogor menjadi tujuan wisata alam dan penelitian, baik secara domestik, nasional, maupun internasional.
Salah satu daya tarik utama Kebun Raya Bogor adalah bunga bangkai (Amorphophalus titanum) karena saat-saat mendekati mekar akan mengeluarkan bau bangkai yang menyengat. Bunga ini dapat mencapai tinggi 2 m dan merupakan bunga majemuk terbesar di dunia tumbuhan. Bunga bangkai jenis bunga bangkai Amorphophalus titanum Becc. (Araceae atau suku talas-talasan) ditanam pada tanggal 19 Desember 1992. Bunga ini berasal dari Muara Aimat – Jambi, dengan berat umbi 30 kg. Pada tanggal 5 Februari 1994, muncul tunas bunga, kemudian pada tanggal 9 Maret 1994 tingginya telah mencapai 1 meter. Lima hari kemudian tinggi tanaman ini bertambah menjadi 1,5 meter. Karena tanaman ini termasuk langka, maka tanaman ini termasuk salah satu tanaman yang dilindungi dan dikembangbiakkan.


Sumber : http://e-journal.uajy.ac.id/10741/1/JURNAL%20Emilia2.pdf

Selasa, 04 April 2017

Konservasi Arsitektur

BAB II
TELAAH PUSTAKA


Preservasi merupakan gerakan pelestarian yang dapat dilakukan oleh beberapa bidang ilmu seperti Lingkungan, Budaya, Arsitektur dan lain-lain. Kegiatan ini merupakan pekerjaan yang cukup kompleks, namun akan berhasil baik jika dilakukan secara terintegrasi pada bebarapa bidang.
Pendekatan dan metode pelestarian menurut Charter (1981) dan Catanese dan Snyder ( 1979) : Preservasi adalah upaya melindungi bangunan-bangunan, monument dan lingkungan dari kerusakan serta mencegah proses kerusakannya. Dalam Piagam Burra disebutkan bahwa preservasi adalah pemeliharaan suatu tempat tetap sesuai aslinya serta mencegah kerusakan. Preservasi menjadi paying semua kegiatan preservasi.

Artikel:
 “Kebun Raya Bogor Siapkan Beragam Solusi untuk Atasi Persoalan Sampah”
Kota Bogor, Humas LIPI. Persoalan sampah di Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) atau sering disebut Kebun Raya Bogor memang perlu mendapatkan perhatian signifikan. Lihat saja, pihak Kebun Raya Bogor mencatat bahwa rata-rata terkumpul 10 ton sampah per tahun, bahkan trennya semakin meningkat setiap tahun.
 Enny Sudarmonowati, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI mengungkapkan, perlu beragam solusi untuk mengatasi persoalan ini. "Kebun Raya Bogor menghadapi masalah sampah anorganik dari pengunjung, terutama sampah plastik dan kaleng. Banyak pengunjung meninggalkan sampah berserakan, membuat Kebun Raya tidak nyaman dipandang mata," katanya dalam kegiatan Festival Peduli Sampah 2017 di Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (25/2).
Oleh karena itu, Enny menyebutkan, pihaknya saat ini tengah berupaya dengan berbagai solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah dari hal terkecil dengan memunculkan kesadaran sikap dan perilaku pengunjung untuk menjaga kebersihan kawasan Kebun Raya Bogor dari sampah.
 Kepala PKT Kebun Raya LIPI, Didik Widyatmoko menyambung, solusi lainnya yang akan dilakukan adalah mengolah sampah anorganik agar memiliki nilai ekonomis, sekaligus meminimalisir sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). “Kami ingin membuat sampah-sampah plastik ini jadi lebih bermanfaat dengan daur ulang. Ini juga bagian dari edukasi ke masyarakat, bahwa sampah juga bisa diolah dan dapat mendatangkan mata pencaharian,” ungkapnya.
 Sayangnya, proses daur ulang masih terkendala dengan alat, khususnya alat pencacah sampah plastik. Pihak Kebun Raya Bogor masih belum memiliki alat instalasi pengolah sampah anorganik ini. Namun demikian, Didik katakan, pihaknya akan mengalokasikan anggaran untuk alat instalasi tersebut. “Kami juga akan menggandeng Pemerintah Kota Bogor dalam pengelolaan sampah ini,” sambungnya.
 Tidak hanya itu saja, Kebun Raya Bogor juga akan menggandeng sejumlah komunitas peduli sampah untuk mengatasi persoalan sampah dan daur ulangnya. Kemudian, juga menggalakkan pendidikan lingkungan kepada masyarakat agar memiliki kesadaran malu membuang sampah sembarangan.
Dikatakan Didik tak hanya mengenai sampah saja, pihaknya melakukan kombinasi pula berupa pembagian 10.000 bibit tanaman secara gratis kepada masyarakt yang sudah dilakukan tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan disamping hidup terbebas dari sampah, masyarakat pun dapat menikmati hidup secara sehat. (dnh/ed: pwd)Kota Bogor, Humas LIPI. Persoalan sampah di Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) atau sering disebut Kebun Raya Bogor memang perlu mendapatkan perhatian signifikan. Lihat saja, pihak Kebun Raya Bogor mencatat bahwa rata-rata terkumpul 10 ton sampah per tahun, bahkan trennya semakin meningkat setiap tahun. (http://lipi.go.id/berita/kebun-raya-bogor-siapkan-beragam-solusi-untuk-atasi-persoalan-sampah/17753)

Dari artikel tersebut diperoleh bahwa salah satu masalah yang dihadapi pada Kebun Raya Bogor adalah masalah sampah atau lebih umumnya yaitu masalah lingkungan. Maka upaya pelestarian yang sesuai untuk Kebun Raya Bogor adalah upaya preservasi.
Upaya preservasi dipilih karena kegiatan tersebut berupa upaya-upaya yang dilakukan untuk melindungi bangunan-bangunan, monument dan lingkungan dari kerusakan serta mencegah proses kerusakannya. Karna lingkungan yang tercemar oleh sampah yang ada, maka upaya preservasi yang digunakan.


Konservasi Arsitektur

BAB I
PENDAHULUAN


Kebun Raya Bogor atau Kebun Botani Bogor adalah sebuah kebun botani besar yang terletak di Kota Bogor, Indonesia. Luasnya mencapai 87 hektaree dan memiliki 15.000 jenis koleksi pohon dan tumbuhan.
Gambar 1.1 Kebun Raya Bogor
(Sumber : Wikipedia)

Sejarah Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara). Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18.
Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.
Pada tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.
Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi yaitu Abner yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen. Dalam surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain.
Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt adalah seseorang berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda dan menjadi ilmuwan botani dan kimia. Ia lalu diangkat menjadi menteri bidang pertanian, seni, dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang berarti "tidak perlu khawatir"). Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.
Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent (dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris).
Sekitar 47 hektaree tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi pengarah pertamanya dari 1817 sampai 1822. Kesempatan ini digunakannya untuk mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut.
Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesies) tanaman. Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis lagi oleh Johannes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Dengan dibantu oleh Justus Karl Hasskarl, ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut suku (familia).
Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer pada tahun 1867 menjadi direktur, dan dilanjutkan kemudian oleh Prof. Dr. Melchior Treub.
Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).
Pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor.
Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan ke Hindia Belanda (kini Indonesia). Namun pada perkembangannya juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu (1880 - 1905).
Kebun Raya Bogor selalu mengalami perkembangan yang berarti di bawah kepemimpinan Dr. Carl Ludwig Blume (1822), JE. Teijsmann dan Dr. Hasskarl (zaman Gubernur Jenderal Van den Bosch), J. E. Teijsmann dan Simon Binnendijk, Dr. R.H.C.C. Scheffer (1867), Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr. Jacob Christiaan Koningsberger (1904), Van den Hornett (1904), dan Prof. Ir. Koestono Setijowirjo (1949), yang merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat suatu pimpin lembaga penelitian yang bertaraf internasional.
Pada saat kepemimpinan tokoh-tokoh itu telah dilakukan kegiatan pembuatan katalog mengenai Kebun Raya Bogor, pencatatan lengkap tentang koleksi tumbuh-tumbuhan Cryptogamae, 25 spesies Gymnospermae, 51 spesies Monocotyledonae dan 2200 spesies Dicotyledonae, usaha pengenalan tanaman ekonomi penting di Indonesia, pengumpulan tanam-tanaman yang berguna bagi Indonesia (43 jenis, di antaranya vanili, kelapa sawit, kina, getah perca, tebu, ubi kayu, jagung dari Amerika, kayu besi dari Palembang dan Kalimantan), dan mengembangkan kelembagaan internal di Kebun Raya yaitu :
Herbarium
- Museum
-  Laboratorium Botani 
Kebun Percobaan
- Laboratorium Kimia
- Laboratorium Farmasi
- Cabang Kebun Raya di Sibolangit, Deli Serdang dan di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan
- Perpustakaan Fotografi dan Tata Usaha
Pendirian Kantor Perikanan dan Akademi Biologi (cikal bakal IPB).

Kebun Raya Bogor sepanjang perjalanan sejarahnya mempunyai berbagai nama dan julukan, seperti :
- ’s Lands Plantentuin
- Syokubutzuer (zaman Pendudukan Jepang)
- Botanical Garden of Buitenzorg
- Botanical Garden of Indonesia
- Kebun Gede
- Kebun Jodoh

Senin, 02 Januari 2017

Kritik Arsitektur - NOTRE DAME DU HAUT RONCHAMP

NOTRE DAME DU HAUT RONCHAMP


Le Corbuzier (1889 – 1965) merupakan salah satu tokoh arsitektur Modern. Banyak karya arsitektur yang dihasilkan terutama setelah perang dunia II selesai. Rancangan – rancangan yang dihasilkan oleh Le Corbuzier sedikit berbeda dengan gaya rancangan tokoh modern lainnya. Pada beberapa rancangannya, Le Corbuzier merancang dalam bentuk – bentuk skluptural yangt sensasional dan spektakuler.
Setelah perang dunia II berakhir, Le Corbuzier lebih protektif dalam menghasilkan rancangan, hal tersbut dipicu oleh banyaknya bangunan yang yang rusak dan hancur selama perang berlangsung. Banyak proyek – proyek penting yang dikerjakan terutama proyek perumahan., perkantoran, dan fasilitas – fasilitas umum. Dalam setiap rancangan Le Corbuzier selalu konsisten dengan penerapan konsep “Penggunaan Lima Butir Dalam Arsitektur Baru“. Penggunaan konsep tersebut dapat dilihat pada penggunaan atap datar, unit bangunan diangkat ke atas tanah dengan kolom, dan ukuran teras yang cukup luas. Dari segi material, Le Corbuzier senang menggunakan beton ekspos, yang menampakkan warna dan bentik beton apa adanya tanpa pengolahan lebih lanjut, sehingga menimbulkan karakter tersendiri dari bangunan
Dari tahun 1945 sampai pada akhir karirnya sebagai arsitek Le Corbuzier banyak menghasilkan karya yang memepunyai karakter tersendiri dan otentik, salah satu karya tersebut adalah  Notre Dame Du Haut Ronchamp. Notre Dame Du Haut Roncham adalah sebuah kapel atau gereja kecil yang terletak di kota Ronchamp, kurang lebih 300 KM sebelah timur kota Paris. Notre Dame terletak dalam sebuah komplek yang di dalamnya terdapat restoran dan tempat bermain anak. Komplek tersebut terletak di punggung pegunungan Des Vosges, dengan pemandangan perbukitan di sekelilingnya.

Kritik Tipikal

Kritik Tipikal, Norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan yang spesifik.
Adapun elemen dalam kritik tipikal, antara lain :

a. Struktur
Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan berkait dengan penggunaan material dan pola yang sama.
- Jenis bahan
- Sistem struktur
- Sistem Utilitas dan sebagainya

b. Fungsi
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
- Kebutuhan pada ruang kelas
- Kebutuhan auditorium
- Kebutuhan ruang terbuka, dsb.

c. Bentuk
Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.
- Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.
- Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.

NOTRE DAME DU HAUT RONCHAMP

Dari segi struktur dan konstruksi :
Secara keseluruhan Notre Dame menggunakan struktur bidang datar yang material utamanya dari beton bertulang

·     Dinding, denah Notre Dame tersusun dari bidang-bidang lengkung menyerupai kurva dan setengah silinder. Notre Dame menggunakan struktur bidang datar sehingga dinding-dinding yang ada selain sebagai pembatas ruang juga berfungsi pemikul beban dan ukurannya lebih tebal dari dinding biasa karena berfungsi tersebut. Ini mengakibatkan bukaan menjadi terbatas.

·         Atap, atap Notre Dame berbentuk miring terbuat dari bahan beton bertulang ekspose. Ketinggian atap arah utara lebih rendah disbanding atap dari arah selatan. Dengan perbedaan ketinggian tersebut maka air hujan akan mengalir ke arah utara. Atap Notre Dame tidak menggunakan talang sehingga air hujan akan jatuh langsung ke tanah terlihatr seperti air terjun

Dari segi fungsi :
Nortre Dame mempunyai bukaan dengan bentuk dan letak yang barvariasi dan susunan yang tidak teratur. Ukuran besar jendela tidak sebanding ketebalan dindingnya yang  sebagian ada mencapai 2 meter. Bukaan – bukaan tersebut dihiasi dengan kaca- kaca lukisan dan tulisan tangan dari Le Corbuzier sendiri. Hasil pencahayaan yang dihasilkan remang – remang yang terpencar dari lubang – lubang bukaan yang kecil. Pencahayaan yang dihasilkan tersebut sesuai dengan konsep pencerahan dalam ajaran Kristen.

Dari segi bentuk :
Bentuk arsitektur Notre Dame cukup kontroversial. Bentuknya sangat berbeda dengan bentuk – bentuk kapel atau gereja kecil pada lazimnya. Dilihat sepintas Notre Dame tidak terlihat seperti sebiah kapel. Bentik Otre Dame tersebut banyak menimbulkan persepsi dari orang yang melihatnya. Ada diantaranya yang menginterpretasikan dengan bentuk kapal, topi Italia, burung merpati, tangan orang yang sedang berdoa, bahkan ada yang mengatakan mirip seorang ibu dan anaknya. Bentuk Notre Dame merupakan komposisi bidang – bidang lengkung seperti kurva dan komposisi ketebalan dinding yang bervariasi sehingga secara keseluruhan bangunan terlihat seperti massa seni patung (sclupture).


Sumber: http://perkembanganarsitekturdunia.blogspot.co.id/2013/01/notre-dame-du-haut-roncham.html